“BERAWAL
DARI PELAYANAN KESEHATAN”
SEJARAH
GKJW JEMAAT KEBONAGUNG
Lahirnya Greja Kristen
Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Kebonagung tidak lepas dari akibat tumbuh kembangnya
GKJW di Jawa Timur secara umum, khususnya GKJW Jemaat Malang yang luas wilayah pelayanannya
bukan hanya pada wilayah kota Malang saja, melainkan sampai pada wilayah
kabupaten Malang.
Secara
administrasi, wilayah jemaat Kebonagung saat ini dahulunya adalah Rayon Selatan
II GKJW Jemaat Malang yang luas wilayahnya terdiri dari Kelompok Klayatan
sebanyak 3 kelompok, kelompok Kepuh, Kelompok Buwek, Kelompok Kebonagung,
Kelompok Sonosari, kelompok Pakisaji dan pepanthan Wagir.
Berawal dari
keinginan 5 orang warga GKJW Jemaat Malang yang bertempat tinggal di desa
Kebonagung, yaitu keluarga Bpk. Soedjari, Bpk. Pranoto, Bpk. Marto Langkung,
Bidan Sri Handoko dan Bpk. Saderi serta didukung 2 warga GKJW Malang, yaitu
Bpk. Pinardi (mantri RSKI sukun 18) dan Bpk. dr. Poedjo Soemanto (dokter RSKI
sukun 18), untuk memberitakan Injil Kristus kepada orang lain yang belum
mengenal-Nya, pada tahun 1960 mereka mulai merintis untuk melakukan ibadah
sendiri di desa Kebonagung.
Tepatnya pada
bulan Maret 1961 keluarga-keluarga ini mulai melaksanakan ibadah rutin setiap
hari Rabu malam bertempat di rumah keluarga Bpk. Marto Langkung di perumahan
dinas PG Kebonagung jln. Magersari Utara.
Dari tahun ke
tahun berkat pelayanan kesehatan diiringi pewartaan iman dari Bpk. dr. Poedjo
Soemanto, Bpk. Pinardi dan Bpk. Soedjari serta bidan Sih Handoko di sekitar
wilayah PG Kebonagung. jumlah orang Kristen khususnya GKJW semakin berkembang.
Pada tahun 1966
upaya menyampaikan kabar keselamatan melalui pelayanan kesehatan dan pekabaran
Injil dibawa oleh Bpk. Soedjari dan Bpk. A. Ismadi. Mereka berdua melakukan
pewartaan iman ke dusun Sonosari, Sonotengah, kebonagung, Sitirejo dan Buwek.
Usaha pekabaran Injil membuahkan baptisan seperti : Bpk. Sukrijanto, Bpk.
Alimin, Bpk. Soeyitno dan Bpk. Dulkarim.
Karena jumlah
mereka semakin bertambah, akibatnya tempat ibadah tidak mampu menampung,
sehingga dipindahkan dari rumah Bpk. Marto Langkung ke Poliklinik RSKI Panti
Husada (Louis Coin) di Jln. Raya Kebonagung (sekarang pastori GKJW Jemaat
Kebonagung). Setelah menempati tempat ibadah baru mulai ditata Ibadah Minggu
serta ibadah BKA.
Semangat untuk
mengabarkan Injil semakin kuat, pada tahun 1968, Bpk. Hardjo Soeseno (Majelis
Jemaat Malang) dan Bpk. Rahayu Prayitno (Pamong BKA) meneruskan pekabaran
Injilnya sampai ke desa Pandansari/Pandanrejo – Wagir. Syukur kepada Allah, di
Wagir Injil Tuhan diterima oleh Bpk. Warsan, Boedi Joewito dan Bpk mantri To
biasa dipanggil.
Dalam kurun
waktu 1968 – 1978 pekabaran Injil di Wagir sampai di dusun Jamuran karena peran
serta Bpk. Warsan, Bpk. Boedi Joewito, Bpk. Ngalimun, Bpk. Talkah, Bpk. Warmin
dan Bpk. Munadi. Untuk desa Parangargo
dan Tulusayu. Pekabaran Injil juga dibantu Bpk. Sungiptoaji, Bpk. Rudi
Asmarianto, Mantri Armanu dan Bpk. Kiban. Bahkan waktu itu Ibadah Minggu juga sudah dilakukan
bergantian di rumah Bpk. Warsan dan Bpk. Sungiptoaji.
Begitu pula di
Kebonagung dalam kurun waktu tahun 1970 – 1980 Bpk. Dwijodwijoto (selaku ketua
Rayon Selatan II – GKJW Jemaat Malang), Bpk. Soedjari, Bpk. M. Asmoewilangun,
Bpk. Rat Judadi, Bpk. Sukrijanto, Bpk. Alimin dan ibu Sri Titi Soendari (Ibu
Rochin – Staf PG. Kebonagung) serta dibantu Bpk. Yossi Robihan tetap setia
mengabarkan Injil di wilayah sekitar PG. Kebonagung
Seiring dengan
berkembangnya kota Malang
yang berdampak pada bertambahnya perpindahan penduduk menuju kota
Malang, menjadi
salah satu penyebab berkembangnya jumlah Warga Jemaat Malang, khususnya yang
bertempat di sekitar desa Kebonagung.
Pada tahun 1978
tempat ibadah di Poliklinik RSKI Panti Husada Kebonagung juga tidak mampu
menampung Warga Jemaat yang beribadah. Itu sebabnya untuk Ibadah Perjamuan
Kudus, Ibadah Hari Raya Persembahan serta Perayaan Natal, Warga Jemaat
sementara harus beribadah meminjam gedung gereja GKI Kebonagung dan kapel umat
katolik Wisma Bakti sebelah selatan PG Kebonagung dengan mengatur ibadah
menyesuaikan jadwal ibadah GKI dan umat katolik.
Pada tahun 1982
melihat kenyataan yang memprihatinkan tersebut, Bpk. Soedjari meminta warga
melakukan Ibadah Minggu di rumahnya yang diberi nama Pondok Berkah. Pondok
Berkah/rumah keluarga Bpk. Soedjari terletak di Jln. Raya Wagir 41 Kebonagung
yang mampu menampung jumlah warga yang beribadah.
Di tengah-tengah
kesulitan mendapatkan tempat ibadah yang menetap karena harus berpindah-pindah,
pada tahun 1982 dibentuklah Panitia Kecil Pembangunan Gereja yang diketua oleh
Bpk. Yossy Robihan, bendahara ibu Tri mangestuti dibantu Bpk. Sukrijanto, Bpk.
Alimin dan Bpk. Soedjari. Pada tahun itu juga Panitia kecil berhasil membeli
tanah milik Bpk. Soenyoto dengan ukuran 11 x 15 meter di Magersari utara 27
(tempat Gereja sekarang) yang direncanakan nantinya untuk pembangunan gedung
Gereja. Tanah seluas 165 meter persegi dibeli dengan harga Rp 435.000,-. Biaya
pembelian tanah berasal dari persembahan Warga, bantuan dari GKJW Jemaat Malang
serta uang pinjaman dari Bpk. Yohanes Sigilipoe (bendahara MA – GKJW).
Didasari oleh
rasa rindu yang tidak pernah pudar untuk memiliki tempat ibadah sendiri, mereka
mulai mempersiapkan diri untuk membangun tempat Ibadah/gedung gereja. Pada
tahun 1982 itu juga Bpk. Yossy Robihan bersama Bpk. Soedjari membagi tugas
dalam mengurus IMB untuk gereja.
Pada tahun 1983
Bpk. Jusman Pratoyo selaku Ketua Rayon Selatan II membentuk Panitia Pembangunan
Gedung Gereja. Adapun personalia panitia pembangunan saat itu adalah Bpk.
Jusman Pratoyo (selaku Ketua), Bpk. Hartolo – Direktur PG Kebonagung (selaku
bendahara) dibantu ibu Soekarso, Ibu Sriestu Admodjo, Bpk. Ir. Wignyanto, Bpk.
Djatmiko (Staf PG Kebonagung), serta Bpk. Yossy Robihan memulai pembangunan
gedung gereja. Pada pertengahan tahun 1983, pembangunan gedung gereja ditandai
dengan peletakan batu pertama oleh Pdt. Soemarno, Sm.Th. selaku pendeta GKJW
jemaat Malang
saat ini
Pembangunan
tetap berjalan terus walaupun diwarnai dengan resolusi keberatan atas
pembangunan gedung gereja oleh sebagian warga masyarakat. Berkat dan pertolongan
Tuhan sangat tepat dan luar biasa, pada tanggal 21 Januari 1985 surat IMB (Ijin Mendirikan
Bangunan) Gereja atas nama Bpk. Yossy Robihan dengan membayar Rp 1.000,-
diserahkan kepada pihak Gereja.
Bukan hanya itu.
Berkat dukungan dan doa Warga Jemaat serta dana dari Bpk. Hartolo (Direktur PG.
Kebonagung) selaku bendahara panitia sangat membantu pembangunan fisik gedung
gereja. Sebut saja peran Bpk. Hartolo dalam membiaya pembangunan gedung gereja
mulai dari biaya pengurukan tanah, atap dan fisik lainnya.
Pada tahun 1986
dalam keadaan belum layak huni gedung gereja yang semula berukuran 7 x 15
ditempati untuk ibadah sambil terus melanjutkan pembangunannya.
Pada tanggal 30
September 1988 Pdt. Suwignyo Suwondo, S.Th. dari GKJW Jemaat Pare dilantik menjadi
pendeta di GKJW Jemaat Malang menggantikan Pdt. Soemarno, Sm.Th., yang
dipindahkan dari Jemaat Malang ke GKJW Jemaat Pasuruan. Dengan demikian
wilayah pelayanan Kebonagung juga
menjadi bagian pelayanan Pdt. Suwignyo Suwondo, S.Th.
Pada tahun 1994
atas keputusan Sidang Majelis Daerah Malang I, dan melalui Majelis Daerah
Malang I, Rayon Selatan II GKJW Jemaat Malang diputuskan menjadi Calon Jemaat
Kebonagung dengan ditambah wilayah pelayanan yaitu pepanthan Wagir.
Dalam Sidang MA
ke-85 tahun 1995 bertempat di Jemaat pare Kediri
memutuskan menempatkan Pdt. Drs. Sumardiyono dan Pdt. Bambang Heru Absara di
Jemaat Malang,
menggantikan Pdt. Suwignyo Suwondo, S.Th. yang dipindahkan ke GKJW Jemaat
Ngagel Surabaya.
Pada tanggal 13
Agustus 1995 Pdt. Drs. Sumardiyono dan Pdt. Bambang Heru dilantik menjadi
Pendeta GKJW Jemaat Malang ditengah ibadah pukul 07.00 Wib. Pdt. Bambang Heru
Absara dikonsentrasikan untuk melayani Calon Jemaat Kebonagung. Karena belum
memiliki pastori sendiri, untuk sementara Pdt. Bambang Heru Absara ditempatkan
di Jln. Puter Utara 5, sebuah rumah milik GKJW Jemaat Malang.
Di tengah-tengah
mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah jemaat yang dewasa dan mandiri, pada
tahun 1996 Warga Jemaat memperluas bangunan gedung gereja yang semula berukuran
7 m x 15 m menjadi 7 m x 30 m pada lantai I dan 7 m x 12 m pada lantai II.
Karena jarak
antara Pastori dan Gedung Gereja cukup jauh (sekitar 3 km), serta menjawab
keinginan Warga jemaat agar pendeta jamaat berada di tengah-tengah, maka pada
tahun 1997 keluarga Pdt. Bambang Heru Absara pindah dari puter utara 5 ke Jln.
Magersari Utara 29 Kebonagung bersebelahan dengan gedung gereja, status rumah
itupun masih menyewa selama 2 tahun.
Sidang Majelis Agung
ke-87 tahun 1997 di Majelis Daerah Kediri Selatan tepatnya di GKJW Jemaat
Blitar, memutuskan untuk mendewasakan Calon Jemaat Kebonagung menjadi GKJW
Jemaat Kebonagung. Tepatnya pada tanggal 14 September 1997 di tengah-tengah
Ibadah Minggu pukul 08.00 Wib yang dipimpin oleh Pdt. Sih Pinardi, S.Th. selaku
Wakil Ketua Majelis Agung GKJW meresmikan pendewasaan GKJW Jemaat Kebonagung
sebagai Jemaat yang ke-126 dari seluruh jemaat se-GKJW, dilanjutkan pelantikan
Pdt. Bambang Heru Absara sebagai pendeta pertama yang melayani Jemaat
Kebonagung. Berikutnya pada waktu yang sama Pdt. Bambang Heru Absara melantik
Penatua dan Diaken GKJW Jemaat Kebonagung untuk sisa pelayanan sampai dengan 31
Desember 1997 dari masa bakti 1995 – 1997.
Sidang Majelis Agung
ke-93 tahun 2003 di Majelis Daerah Surabaya Barat tepatnya di GKJW Jemaat
Bongsorejo memutuskan memindahkan Pdt. Bambang Heru Absara dari GKJW Jemaat
Kebonagung ke GKJW Jemaat Pulungdowo wilayah Majelis Daerah Malang III.
Berkaitan dengan hal tersebut, GKJW Jemaat Kebonagung dilayani oleh Pdt. Drs.
Sih Ageng Kromoniti yang semula sebagai tenaga penuh waktu di kantor Majelis
Agung.
Pelepasan Pdt.
Bambang Heru Absara dari GKJW dari GKJW Jemaat Kebonagung menuju tempat
pelayanan yang baru yaitu Jemaat Pulungdowo dilaksanakan pada tanggal 7
September 2003, sedangkan pelantikan Pdt. Drs. Sih Ageng Kromoniti dilaksanakan
pada tanggal 14 September 2003.
Didasari oleh
kebutuhan tempat pelayanan terhadap anak dan remaja serta mengingat terbatasnya
tanah gereja untuk tempat ibadah, maka pada tanggal 24 januari 2005 dimulai
pembangunan lanjutan gedung gereja seluas 96 meter persegi di lantai III dan
selesai pada tanggal 14 maret 2005. Peresmian penggunaan lantai III pada
tanggal 18 Maret 2005 oleh Bupati Malang, yaitu Bpk. Sujud Pribadi bertepatan
dengan pembukaan Sidang Majelis Daerah Malang I ke-23/2005 di GKJW Jemaat
Kebonagung.
Pada hari senin
tanggal 7 Maret 2005 pembangunan tempat ibadah/rumah pembinaan warga (RPW)
Pakisaji dimulai dengan ditandai melalui syukuran yang dihadiri Warga kelompok
Pakisaji dan para tetangga disekitar lokasi pembangunan. Peletakan batu pertama
pembangunan RPW Pakisaji oleh Pdt. Drs. Sih Ageng Kromoniti.
Secara fakta kegiatan pelayanan di Kebonagung sudah
ada sejak tahun 1960, namun baru pada tanggal 14 September 1997 menjadi Jemaat
yang mandiri, dan tanggal tersebut dijadikan tonggak sejarah berdirinya di GKJW
Jemaat Kebonagung.
Nara
Sumber :
- Bpk. Yossy Robihan 5. Bpk. Rahayu Prayitno
- Bpk. Jusman Pratoyo 6. Bpk. Sukrijanto
- Bpk. A. Ismadi 7. Ibu Tri Mangestuti
- Bpk. Sungiptoaji
Penulis Sejarah :
- Wiwik Sinuwati 5. Yeyen
- Sudjatmiko 6. fx slamet joko waluyo
- Tutut Sri Wahyuni
- Dani kristanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar